Untukpaket wisata satu hari sebaiknya masukkan tempat destinasi terpopuler atau yang paling disukai wisatawan di kota tersebut. – Museum De mata Refresh Relax Happiness PAKET WISATA Paket Tour JOGJA 2H-1M 30 Orang 600rb orang – Pantai Wonosari – Sri Getuk – Makan 5x – Snack 1x – Pusat Oleh-oleh – Malioboro – Wisata Merapi PAKET I PAKET II –
KampungNaga yang beretnis sunda memang mempunyai beberapa kesaman dengan adat istiadat orang sunda di tempat lain seperti menghormati dan mendahului apa yang dikatakan seorang Ayah, makan lesehan, menggunakan bahasa sunda yang halus dalam percakapan lintas generasi. Beberapa yang berbeda di kampung naga seperti-Hutan Larangan-
adatistiadat, yuk kenali suku suku di sumatera selatan part 1, ini dia 11 tradisi unik di sumatera biasa dilakukan oleh suku palembang yang tidak terlepas dari unsur daur kehidupan manusia dan dikenal sebagai upacara upacara yang bersifat ritual adat seperti upacara adat masa kehamilan masa
Selaindipercaya punya warna yang indah. Cendrawasih juga dipercaya oleh banyak orang tak pernah menapakkan kakinya ke tanah. Orang Eropa percaya kalau burung ini tak pernah turun ke bumi, ia hanya berada di luar angkasa. Makanannya adalah embun, proses kawin dilakukan di udara, telur dierami dengan betina yang duduk di atas pejantannya.
Cianjur(ANTARA) - Warga Kampung Adat Miduana di Desa Balegede, Kecamatan Naringgul, Cianjur, Jawa Barat, menyatakan siap memulihkan kampung adat yang selama ini masih mempertahankan kebiasaan kasundaan para leluhurnya, sehingga Pemkab Cianjur akan membantu pemulihan, pelestarian hingga pengembangan. Tenaga Ahli Bupati Cianjur, Saep
Vay Tiền Trả Góp Theo Tháng Chỉ Cần Cmnd. 3 Kebudayaan dan Adat Istiadat Garut Jawa Barat yang Masih DilestarikanTradisi, kebudayaan, dan adat istiadat Garut Jawa Barat menjadi satu kesatuan yang mendorong negara Indonesia semakin dikenal hingga ke hanya itu saja, Garut juga menjadi salah satu kabupaten yang memiliki beagam minuman, makanan, dan buah-buahan Ladu Malangbong, Sambal Cibiuk, Dodol Garut, Jeruk Garut, Kicimpring, Peuyeum Ketan, dan masih banyak ini Garut juga menjadi salah satu daerah di Indonesia yang cukup produktif dalam penduduk yang ulet dan gigih kini Garut pun mempunyai berbagai produk khas yang tak kalah populernya, seperti Batik Tulis Garutan, Minyak Akar Wangi, Jaket Kulit, dan masih banyak lagi yang sudah sangat berkembang dan menjadi daerah yang maju, tetapi masyarakat tidak melupakan tradisi, kebudayaan, serta adat istiadat Garut Jawa Barat yang sudah ada sejak Adat Istiadat Garut Jawa Barat yang Masih Ada Hingga KiniKesadaran dari dalam diri menjadikan setiap warga Garut tetap mempertahankan kelestarian tradisi dan juga keberagaman heran bila beberapa warisan budaya berikut ini tetap lestari hingga sekarang!Dibawah ini adalah 3 Tradisi yang terdapat di Garut Jawa Barat masih dilestarikan hingga kin, berikut daftarnya1. Pakaian AdatSebagian masyarakat sudah tahu bahwa Kota Garut mempunyai pakaian adat yang sangat khas yang disebut dengan tersebut memang sangat populer di Garut Jawa Barat bahkan juga telah digunakan oleh masyarakat di berbagai daerah kebaya dipakai oleh seorang wanita ketika menghadiri acara-acara tertentu, seperti ngunduh mantu, acara pernikahan, siraman, dan digunakan oleh para guru sebagai pakaian rutin setiap hari hanya kebaya saja, tetapi Garut juga masih mempunyai pakaian adat lainnya yang tak kalah garutan menjadi salah satu ikon kota Garut, di mana pakaian adat tersebut mempunyai corak yang sangat khas dengan tampilannya yang indah dan diketahui bahwa batik garutan ini sudah berkembang sebelum kemerdekaan Republik dapat dipastikan bahwa batik ini merupakan warisan yang sudah turun-temurun dari nenek tidak heran bila batik garutan menjadi salah satu pakaian adat yang masih dilestarikan hingga sebenarnya adalah nama salah satu kain batik yang sangat terkenal di Provinsi Jawa Barat, terkhusus Kabupaten makna alam yang tersimpan dalam setiap dahulu masyarakat Sunda memang sudah terkenal akan keterikatannya dengan banyak ritual kebudayaan di daerah Sunda yang ditambahkan unsur alam oleh masyarakat ketika batik garutan selalu menggunakan gambar dasar dengan bentuk geometri sebagai salah satu ciri batik garutan mudah sekali dikenali, terlebih lagi karena batik tersebut selalu menggunakan kain yang berjenis karena ingin terus mengikuti kebutuhan konsumen, kain batik garutan juga mulai dibuat sesuai dengan perkembangan model pakaian di masa Tradisi LaisSalah satu adat istiadat Garut Jawa Barat yang menjadi warisan budaya secara turun temurun yakni Tradisi ini mirip seperti atraksi sirkus yang biasanya berasal dari luar Indonesia, tetapi tradisi ini dilaksanakan dengan cara yang menarik dari Tradisi Lais terletak pada pementasannya. Biasanya atraksi dilakukan di atas ketinggian dari tali panjang yang diikatkan pada kedua belah bambu yang pun dilaksanakan tanpa menggunakan tali pengaman tubuh. Sampai saat ini Tradisi Lais masih dilestarikan dan sering kali dipertontonkan kepada masyarakat di Garut Jawa Barat ketika terdapat momen-momen Lais bermula dari keisengan seorang pemanjat kelapa bernama Laisan yang merupakan seorang sesepuh di Kawasan Kampung Nangka Pait, Sukawening, Garut, Jawa masa Kolonial Belanda, Laisan sering ditugaskan untuk memetik kelapa oleh tentara Belanda maupun masyarakat melaksanakan pemetikan sembari melakukan atraksi yang cukup berbahaya, dengan bergelantungan serta berpindah-pindah dari pohon kelapa yang satu ke yang lain tanpa menyentuh saat itulah masyarakat banyak yang menunggu Laisan memetik kelapa lagi dan bentuk dukungan, masyarakat pun memukul berbagai benda bunyian untuk mengiringi Laisan ketika memanjat pohon saat ini Tradisi Lais masih sering dilakukan oleh masyarakat setempat guna menjaga tradisi dan menghormati sesepuh Laisan yang pertama kali Rumah AdatMayoritas penduduk Kota Garut adalah orang-orang bersuku tradisional, rumah adat istiadat Garut Jawa Barat adalah rumah panggung, atau rumah berbentuk panggung dengan ketinggian mencapai 0,5 sampai dengan 1 meter di atas permukaan rumah-rumah adat yang usianya sudah tua biasanya mencapai 1,8 menggunakan rumah tersebut untuk menyimpan peralatan bertani, seperti garu, bajak, cangkul, dan berbagai peralatan hanya itu saja, tempat yang dinamakan “kolong” atau bagian bawah rumah panggung juga biasa digunakan untuk tempat tinggal hewan ternak seperti untuk mencapai ke dalam rumah, warga bisa melewati tangga yang bernama golodog yang hanya terdiri dari 3 kaki juga berfungsi untuk membersihkan kaki sebelum orang-orang masuk ke Sunda juga mempunyai fungsi simbolik dari rumah panggung dan membaginya menjadi tiga bagian yaitu buana nguncang luhur, buana larang handap, dan buana panca tengah tengah-tengah.Hal tersebut diartikan bahwa dunia tengah adalah pusat alam semesta dan manusia tinggal di itulah manusia harus bertempat tinggal di tengah-tengah, bukan ke dunia atas langit dan ke bawah bumi.Kebudayaan serta adat istiadat Garut Jawa Barat sudah banyak mengalami masih banyak masyarakat yang bersedia melestarikannya sebagai warisan orang-orang terdahulu, seperti halnya tradisi Lais yang sampai saat ini masih sering informasi diatas dapat menambah wawasan serta menjadi referensi untuk kita semua. Semoga bermanfaat!Pencarian yang paling banyak dicarikebudayaan di garutkebudayaan yang ada di garutgarut kota intanwisata di garuttradisi adu domba garuttradisi minum teh garuttradisi sunda di garut
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Banyuwangi merupakan daerah yang berada paling ujung timur pulau jawa. Tata letak ini lah yang menjadikan banyuwangi mendapatkan julakan sebagai Sunrise of Java. Banyuwangi terletak di provinsi Jawa Timur dengan luas sekitar km persegi, yang membuatnya menjadi satu-satunya kabupaten terluas di Jawa Timur. Banyuwangi juga memiliki daya tarik dalam bidang kesenian dan budaya. Berbagai macam bentuk akulturasi budaya telah terserap dan tersaji di Banyuwangi. Banyuwangi mempunyai beraneka ragam seni khas daerah yang cukup mempesona, yang kemudian turut membentuk Banyuwangi sebagai kota seni. Hal tersebut yang membuat Banyuwangi memiliki julukan sebagai kota gandrung. Tidak hanya itu, Banyuwangi juga dikenal sebagai salah satu daerah yang diduduki oleh masyarakat asli Suku Osing, yakni masyarakat yang menyatakan bahwa mereka sebagai masyarakat bukan Jawa dan bukan Bali. Hal tersebut ditandai dengan kata “sing”, yang artinya tidak. Berdasarkan sejarah yang cukup panjang, masyarakat Osing di Kabupaten Banyuwangi juga merupakan hasil dari perpaduan etnis Jawa, Madura, Bali, dan Sulawesi Suku Osing terpadu menjadi satu usai terpecah melalui Perang Majapahit. Sejarah yang sangat kental ini sangat melekat pada masyarakat Banyuwangi khususnya suku osing. Melihat sejarah tersebut, Banyuwangi memang dikenal sebagai daerah yang lengkap dengan unsur magis dan kebudayaan yang bersifat kental. Dengan artian, tradisi yang ada di Banyuwangi masih terus berjalan dan berkembang di masyarakat. Hal ini disebabkan masyarakat Banyuwangi, khususnya Suku Osing, sangat mempercayai warisan leluhur sehingga segala macam hal yang berbau tradisi harus tetap dilakukan dan dikembangkan dalam kehidupan mereka. Kekentalan tradisi yang masih dipertahankan hingga sekarang membuat masyarakat Suku Osing memiliki daya tarik tersendiri. Hal tersebut mengundang wisatawan lokal maupun mancanegara untuk datang di Kabupaten Banyuwangi khususnya di Desa Kemiren yang memang masih sangat mempercayai warisan tradisi yang masih dilestarikan membuat masyarakat suku Osing masih mempercayai hal-hal yang tidak bisa ditalar oleh logika. Kepercayaan itu yang membuat masyarakat Suku Osing tetap melestarikan budaya yang telah diturunkan dari leluhur hingga saat ini. Tradisi-tradisi yang masih sangat kental hingga sekarang dapat dilihat pada hari-hari tertentu yang dikhususkan untuk melakukan tradisi, karena biasanya tradisi yang sangat kental akan budaya leluhur tidak menggunakan sembarang hari dalam pelaksanaanya. Adat yang masih kental dan terus dilestarikan oleh Suku Osing khususnya daerah Desa Kemiren sebagai berikut 1. Bahasa Osing yang digunakan untuk komunikasi setiap hari Suku Osing juga mempunyai bahasa sendiri dalam kehidupan sehari-hari yang tidak dimiliki suku lain. Bahasa tersebut merupakan turunan langsung dari Bahasa Jawa kuno. Ada dua jenis sistem bahasa yang digunakan dalam Bahasa Osing yaitu Bahasa Osing bahasa sehari-hari dan Tumpeng sewu Tumeng seribuTumpeng Sewu merupakan tradisi yang masih dilestarikan oleh suku asli Banyuwangi hingga saat ini. Perayaan Tumpeng Sewu sendiri dilakukan pada bulan Dzulhijah. Tradisi ini dipercaya suku Osing dapat menjauhkan dari malapetaka atau dapat dikatakan dengan penolak bala. Selain itu, suku osing memiliki kepercayaan, jika upacara Tumpeng Sewu tidak dilaksanakan, maka musibah akan mendatangi wilayah yang mereka tinggali. 3. Barong Ider Bumi Barong ider bumi biasanya diseleggarakan setiap tanggal dua bulan Syawal oleh warga Osing. Tradisi ini digelar dalam bentuk arak-arakan barong. Di tengah-tengah pelaksanaan arak-arakan tersebut, masyarakat lain melempari peserta arak-arakan dengan uang logam dengan tujuan untuk menolak bala datang ke wilayah yang mereka Tarian seblangTari seblang merupakan bentuk budaya yang hanya ada dari masyarakat banyuwangi yang bertujuan untuk menolak bala. masayarakat suku osing percaya bahwa jika tidak melakukan tradisi akan mendapatkan musibah. Tarian seblang ini rutin dilaksanakan hingga saat ini. Namun ada beberapa masyarakat yang menentang budaya ini dengan alasan keamanan masyarakat. Hal ini dikarenakan banyaknya warga yang mengalami kesurupan pada saat pelaksanaan tarian ini. Namun beberapa masyarakat juga meyakini bahwa tarian ini harus tetap dilaksanakan dengan alasan penolak bala untuk wilayah yang mereka tinggali. Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
GARUT, – Tak hanya keindahan alam Garut, yang bisa dinikmati wisatawan. Namun, ada sisi wisata budayanya. Adalah sebuah kampung adat yang menandakan penyebaran agama Islam di Garut. Kampung adat tersebut bernama Kampung Pulo berada di Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Letaknya berada di kompleks Candi Cangkuang, persis sebelum pintu masuk candi tersebut. Suasana begitu asri, jauh dari hiruk pikuk kendaraan membuat kampung ini sangat nyaman dikunjungi. Selain itu juga area Kampung Pulo bisa dijadikan menjadi spot berfoto. Baca juga 5 Wisata Instagramable Garut, Pas untuk Libur AKhir Pekan Contek Itinerary Seharian Wisata Pantai di Garut Selatan Desa Wisata Sindangkasih Garut, River Tubing di Pedesaan yang Asri 25 Wisata Garut, Cocok Dikunjungi Saat Liburan Dalam sebuah liputan pada Januari 2018, juru pelihara Candi Cangkuang, Umar, penduduk Kampung Pulo merupakan keturunan dari almarhum Eyang Embah Dalem Arif Muhammad. “Waktu itu Eyang Embah Dalem Arif Muhammad, menyebarkan Islam di sini Desa Cangkuang, Garut. Beliau memiliki tujuh anak, enam di antaranya perempuan dan satu laki-laki,” kata Umar kepada saat berkunjung pada Januari 2018 silam. Muslimah Kampung Pulo merupakan kampung adat di kompleks Candi Cangkuang, Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Sabtu 13/1/2018. Hanya ada 7 bangunan di Kampung Pulo Ia menjelaskan, sejak abad ke-17, kompleks tersebut terdiri dari dari enam rumah dan satu musala. Rumah-rumah tersebut diperuntukan bagi anak perempuannya. Sementara musala untuk satu-satunya anak laki-laki. “Sampai sekarang bangunannya hanya ada tujuh, dan nggak boleh ditambah bangunan dan kepala keluarga. Itu simbol putra-putri Embah, memiliki tujuh anak. Harus tetap tujuh pokok bangunan, dan sekarang ada enam kepala keluarga,” kata dia. Saat ini Kampung Pulo ditempati oleh genereasi kedelapan, kesembilan, dan kesepuluh turunan almarhum Eyang Embah Dalem Arif Muhammad. Baca juga Kamojang Ecopark Garut, Campingg hingga Berburu Spot Instagramable Total terdiri dari 23 orang di antaranya 10 perempuan dan 13 laki-laki pada tahun 2018. “Karena di komplek Kampung Pulo tidak boleh menambah kepala keluarga, misal anaknya menikah. Paling lama dua minggu mereka di sana, lalu harus keluar. Nah terkecuali, kalau ibu bapaknya sudah meninggal, jadi anaknya bisa masuk lagi ke Kampung Pulo isi kekosongan,” ujar Umar. “Mereka yang tinggal di kampung ini, tujuannya untuk menjaga kelestarian tradisi adat Kampung Pulo. Jadi yang tinggal di sini tidak boleh keluar, dan jangan sampai meninggalkan Kampung Pulo,” tambah dia. Uniknya di Kampung Pulo, anak yang bisa menerima waris bukan hanya anak laki-laki, melainkan anak perempuan. Hal tersebut disebabkan karena anak laki satu-satunya meninggal dunia ketika ingin disunat. Anak laki satu-satunya dari almarhum Eyang Embah Dalem Arif Muhammad, menjadi pembelajaran dan membuat adanya tradisi di kampung adat tersebut. ERISTO SUBYANDONO Makan Eyang Dalem Arief Muhammad, penyebar agama Islam di daerah Leles, Garut yang terletak di sebelah Candi larangan di Kampung Pulo Beberapa aturannya soal atap rumah seperti tidak boleh menabuh gong besar, dan tidak diperkenankan beternak binatang besar berkaki empat. Lalu, tidak boleh datang ke makam keramat pada hari Rabu dan malam Rabu. Kemudian, tidak boleh menambah bangunan pokok, menambah kepala keluarga, dan mencari nafkah di luar wilayah desa. Baca juga Situ Bagendit di Garut Bakal Punya 6 Zona Wisata, Apa Saja? “Atap rumah harus memanjang. Kalau soal menabuh gong besar ada kaitannya dengan anak Eyang. Waktu beliau mau menyunat anak beliau,” kata SUBYANDONO Rumah Adat Kampung Pulo yang berada di sekitar Candi Cangkuang, Garut, Jawa Barat. Umar lanjut bercerita, ketika anak laki-laki tersebut disunat, diadakan pesta besar. Acara tersebut dilengkapi dengan arak-arak sisingaan yang diiringi musik gamelan menggunakan gong besar. Namun, saat itu ada angin badai yang menima anak tersebut. Lalu terjatuh dari tandu, sehingga menyebabkan anak laki-laki itu meninggal dunia. “Maka dari itu agar tidak terulang lagi dijadikan sebuah larangan dan nggak boleh dilakukan oleh keturunannya yang tinggal di Kampung Pulo,” ujar Umar. Baca juga Liburan ke Garut? Ini Tipsnya.. Sementara itu, masyarakat boleh memakan atau menyebelih hewan besar berkaki empat seperti kambing, kerbau, dan sapi. Namun tidak diperkenankan untuk beternak. Alasannya karena masyarakat Kampung Pulo mencari nafkah dengan bertani dan berkebun, sehingga takut hewan tersebut merusak sawah juga kebun mereka. Selain itu juga, di daerah desa tersebut banyak terdapat makam keramat, sehingga ditakutkan hewan-hewan mengotori makam. Masyarakat Kampung Pulo boleh beternak asalkan tidak membawa hewan tersebut ke Pulau Panjang atau Kampung Pulo. Sementara soal larangan ziarah pada hari Rabu dan malam Rabu, kata Umar, pada masa agama Hindu, hari terbaik menyembah patung pada hari Rabu dan malam Rabu. Sementara saat almarhum Embah Dalem, hari tersebut digunakan untuk memperdalam ajaran agama Islam. Muslimah Bangunan yang berisikan koleksi bukti penyebaran Islam di kompleks Candi Cangkuang, Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Sabtu 13/1/2018. Wisata budaya di Garut Penduduk atau keturunan Embah Dalem di Kampung Pulo kini mencari nafkah di sekitar Kampung Pulo. Usai kompleks Candi Cangkuang dijadikan wisata, penduduk Kampung Pulo bisa mencari tambahan penghasilan dengan berjualan. Meski sudah memeluk agama Islam, penduduk Kampung Pulo tidak meninggalkan tradisi Hindu. Baca juga 3 Spot Foto Instagramable di Kawasan Candi Cangkuang Garut Muslimah Makam Eyang Embah Dalem Arif Muhammad berada di kompleks Candi Cangkuang, di Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Sabtu 13/1/2018. Beberapa kegiatan pun masih dilakukan seperti halnya memandikan benda pusaka, syukuran, memperingati maulid Nabi, juga ritual lainnya. Kini Kampung Pulo dipimpin oleh sesepuh adat yang juga biasa disebut kuncen. Kuncen mengantar tamu berziarah ke makam Eyang Embah Dalem Arif Muhammad. Menurut Umar, kuncen memiliki tugas yang berhubungan dengan batu candi dan makam. “Takut menjadi musyrik, jadi kuncen harus bisa meluruskan. Ziarah ke makam itu bukan untuk meminta, untuk mendoakan,” jelas Umar. Dok. Biro Komunikasi Publik Kemenparekraf Kampung Pulo, Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Foto pada 2021. Harga tiket masuk kompleks Candi Cangkuang Untuk bisa sampai di Kampung Pulo, wisatawan harus masuk ke kompleks Candi Cangkuang dengan membayar tiket masuk. Tarifnya untuk dewasa Rp per orang, dan Rp per orang untuk anak-anak. Berbeda untuk wisatawan mancanegara, tarifnya Rp per orang untuk dewasa, dan Rp per orang untuk anak-anak. Akses menuju kampung ini harus menyebrangi danau menggunakan rakit. Kemudian sedikit berjalan kaki untuk menemukan gerbang Kampung Pulo. Perlu dicatat, wisata ini buka setiap hari, mulai pukul WIB hingga WIB. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Nah, sekarang aku akan membahas tentang Kebudayaan di Garut nih, kita akan berkenalaan dengan rumah adat,pakaian adat, kesenian dan tradisi ,bahasanya ya. 1. Rumah Adat Teman-teman, Garut ini merupakan suatu daerah yang kita kenal bersuku sunda atau kelompok etnis dari bagian barat pulau Jawa. Penting sekali bagi kita nih untuk mengetahui atau mengenal suku budaya yang beraneka ragam di Indonesia sebagai bentuk cinta tanah air. Oh iya menurut survey, suku sunda merupakan etnis terbesar kedua di Indonesia. Dalam posting kali ini aku akan membahas tentang rumah adat Garut Jawa Barat atau dapat di bilang rumah adat Suku Sunda. Kalian tau gak? Secara tradisional rumah adat Garut jawa barat atau Sunda memiliki bentuk rumah panggung dengan ketinggian sekitar 0,5 m sampai 1 meter di atas permukaan tanah. Namun teman-teman, untuk rumah-rumah adat di Garut jawa barat yang sudah tua, tinggi kolongnya dapat mencapai 1,8 meter. Biasanya kolong tersebut digunakan untuk menyimpan alat-alat pertanian seperti bajak, garu, cangkul, dan sebagainya atau tempat mengikat binatang ternak seperti sapi, kuda dan kambing. Tangga yang digunakan untuk naik ke dalam rumah disebut Golodog yang dibuat dari bahan kayu atau bambu, biasanya terdiri dari tiga anak tangga. Golodog ini juga berfungsi untuk membersihkan kaki yang kotor sebelum naik atau masuk ke dalam rumah. Sebagai salah satu contoh ini dia nih gambar Rumah Adat yang berciri khas Suku Sunda yang ada di Candi Cangkuang Kabupaten Garut 2. Pakaian Adat Oh iya teman-teman, Garut juga memiliki pakaian adat yang menjadi Kebudayaan yang khas loh,yaitu Kebaya. Kebaya merupakan pakaian khas di Garut khususnya di Jawa Barat yang sangat terkenal. Bahkan masyarakat di Garut menggunakan kebaya sebagai pakaian untuk upacara-upacara besar tertentu loh, seperti pada upacara pernikahan, munduh mantu, siraman, bahkan para Guru di Garut menggunakan pakaian kebaya ini sebagai pakaian rutin yang mereka pakai setiap hari Rabu. Nih bagi kalian yang pengen tau , kayak gimana sih Kebaya itu . Eh teman-teman selain Kebaya, Garut juga memiliki salah satu pakaian adat yang sangat mencolok akan kekhasannya, keunikannya juga loh, yaitu Batik Garutan. Kalian pada tau gak apa itu Batik Garutan? cieeee yang pada gak tau D . Teman-teman, Batik Garutan ini adalah kain indah dengan ragam corak dan juga memiliki kekhasan tersendiri loh.... Batik Garutan ini sudah berkembang dimasyarakat jauh sebelum kemerdekaan kita. Karena Batik Garutan ini merupakan warisan turun temurun dari nenek moyang kita. Batik Garutan ini memiliki ciri khas yaitu pada motifnya yang umumnya menghadirkan ragam hias datar dan berbentuk geometrik. Selain itu , warna juga menjadi ciri khas pada Batik Garutan ini. seperti warna yang cerah yang didominasi oleh warna dasar krem atau gading dan biru atau soga agak kemerahan. Ini dia nih salah satu contoh motif pada kain Batik Garutan 3. Bahasa Teman-teman blogger, macam kebudayaan selanjutnya yang ada di Garut adalah Bahasa. Bahasa yang digunakan dan dibudayakan hingga saat ini oleh masyarakat di Garut adalah mayoritas menggunakan bahasa Sunda. Kalian tau nggak Bahasa Sunda? Eh teman-teman kalian semua harus pada tau yaaaaa, Bahasa Sunda merupakan bahasa yang sangat unik loh. Karena bahasa sunda adalah bahasa yang sangat banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia, yaitu sekitar 27 Jiwa masyarakat di Indonesia menggunakan bahasa sunda sebagai bahasanya sehari-hari. Teman-teman, kalian pada bisa nggak berbahasa sunda? Orang Garut mah udah yakin dahhh gak usah pada ditanya lagi, pasti bisaaaaa. Nah, buat temen-temen yang mau bisa mahir berbahasa sunda,kalian bisa pada belajar tuh sama orang-orang di Garut . Tenang aja teman-teman, Masyarakat Garut mah pada balalageur alias baik-baik,pada ramah-ramah. Jadi kalian gak usah pada sieun takut yah kalo mau belajar bahasa sunda sama orang Garut mah hehehehe.................. 4. Kesenian Tradisional Oke nih teman-teman ,yang selanjutnya kita akan mengenal macam-macam Kesenian Tradisional yang ada di daerah Garut nih. Sebelumnya aku mau kasih tau dulu ya, teman-teman di daerah Garut itu banyaaaaaaaaaaaaaaaak bangeeeet Kesenian Tradisional nya loh. kalian tau apa aja? aku sebutin nihhh yaaaaaaaaaaa . Ada Dodombaan, Surak Ibra, Lais, Bangkulung, Badeng, Debus, Gesrek, Hadro, Cigawiran , Rudat, dan maaaaaaaaaaaaaasih banyak lagi ' maaf nih gak aku sebutin semuanya , telalu banyak soalnya '. Oke Teman-teman, tapi tenang tenang ! kalian jangan pada sedih gitu dong P Sekarang aku mau bahas nih sebagian Kesenian Tradisional yang ada di Garut ini. Yukkkkkkkkkkkzzzzzzz Simak yaaaaaaakkkkk !!!!!!!!!!!!! 1 . Dodombaan Kalian tau gak apa itu Dodombaan? Teman-teman, dodombaan ini adalah salah satu kesenian yang berasal dari Garut asli loh. Dodombaan ini awal mulanya terinspirasi oleh hewan 'domba' yang merupakan kebanggan dan menjadi ciri khas masyarakat Garut. Nah, Dodombaan ini berasal dari salah satu daerah yang terdapat di Garut yaitu Desa Panembong Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut. Kalian tau nggak kesenian yang berasal dari Subang? ituloh " Sisingaan" ! Nah teman-teman, dodombaan juga hampir sama dengan kesenian sisingaan itu. Dodombaan ini bukan berarti memakai domba asli loh BUKAN ya teman-teman, tapi domba disini hanyalah sebagai ikon kota Garut ajaa. Pada kesenian Dodombaan ini, yang digunakan itu hanyalah Domba tiruan yang terbuat dari kayu yang di tunggangi oleh orang diatasnya ,dan disebut Dodombaan yang berarti " sanes domba enyaan" tau artinya gak? hihihihi......... yaitu "Bukan Domba Beneran" . Dalam kesenian Dodombaan ini, pementasannya yaitu dengan cara menari atau yang disebut dengan "Ngibing" oleh satu atau dua orang sambil melakukan pencak silat. Karena pencak silat itu merupakan kesenian yang berasal dari Sunda jadi sebagai pengawal Dodombaan disini . Ini dia ni teman-teman Dodombaan teh yang kayak giniiiiiiiiiii ...... 2. Pencak Silat Kali ini aku mau ngenalin salah satu bagian dari kebudayaan di Garut nih. Kayaknya kalian pasti tau nih kesenian yang satu ini. Iya namanya Pencak Silat. Percaya atau tidak teman-teman, Pencak Silat ini merupakan salah satu kesenian yang berasal dari Jawa Barat loh. Tepatnya Pencak Silat ini berasal dari daerah Cimanuk Kabupaten Garut loh teman-teman. Nah, Pencak Silat ini merupakan ciri khas kebudayaan etnis sunda . Kalo dilihat dari unsur seni , pencak silat ini merupakan seni budaya yang sangat menarik untuk ditontomn Silat Ibing , pencak silat ini biasanya diiringi oleh musik daari gendang, terompet, dan alat musik lainnya. Teman-teman, Pencak silat ini merupakan salah satu kebudayaan yang berasal dari Garut yang harus kita kembangkan dan lestarikan yaaa s,supaya kesenian yang unik ini gak punah........ biar nanti anak cucu kita bisa menikmati sekaligus memainkan kesenian sunda ini.
Ada Candi Cangkuang dengan Kampung Adat Pulo nya, Graha Liman Kencana dengan koleksi sejarah dan Kampung Adat Dukuh dengan kearifan lokal masyarakat setempat. Cari pengalaman baru kamu di sini Kabupaten Garut merupakan salah satu wilayah yang didominasi oleh suku Sunda. Selain wisata alam yang mendominasi pariwisata di Garut ada juga keanekaragaman kesenian dan kebudayaan banyak tersedia, begitu juga dalam keseharian masyarakatnya. Terdapat juga tempat wisata budaya di Garut yang bisa kita kunjungi untuk mendapatkan pengalaman tersebut. Sebut saja Lokasi wisata budaya di Garut seperti Candi Cangkuang dengan Kampung Pulo nya, Graha Liman Kencana dengan koleksi benda sejarahnya dan Kampung Dukuh dengan Kampung Badui Muslim di Garut Selatan. Untuk kamu yang menyukai fotografi terdapat spot foto yang menarik, selain itu juga terdapat juga keunikan yang khas di tempat-tempat wisata tersebut. 1. Candi Cangkuang Serta Kampung Ada Pulo Yang Unik Candi Cangkuang Candi Cangkuang, sebagian besar wisatawan sudah kenal dengan tempat wisata ini. Candi Cangkuang memang sudah menjadi tempat andalan Pemerintah Kabupaten Garut Jawa Barat dalam segi pariwisata. Tak hanya Candi Cangkuang saja, ditempat ini pula terdapat Kampung Adat Pulo yang unik dan serta mempunyai peraturan-peraturan yang tidak boleh dilanggar oleh masyarkatnya. Candi Cangkuang ini berjarak sekitar 18 km dari pusat kota Garut dan dapat ditempuh dengan waktu kurang lebih 1 jam. Harga tiket masuknya sangat terjangkau, yaitu Weekdays untuk untuk anak-anak Weekend untuk untuk anak-anak Nah, untuk mencapai Candi Cangkuang dan Kampung Adat Pulo ini harus menggunakan rakit bambu. Harga untuk naik rakitnya Rp. untuk pulang pergi dengan catatan harus menunggu penuh dulu ya. Kalo mau cepat sih tinggal bayar Rp. Sudah dapat menyeberang pakai rakitnya. Maksimal untuk 20 orang ya. 2. Graha Liman Kencana Yang Syarat Dengan Benda Bersejarahnya Graha Liman Kencana, suasananya rindang cocok untuk wisata budaya di Garut sekaligus edukasi Foto Graha Liman Kencana atau orang-orang menyebutnya dengan Kampung Bali. Ya, karena sebagian besar tata ruang di halaman Graha Liman Kencana ini terdiri atas beberapa Pura yang kokoh berdiri. Letaknya di Jln. Ki Hajar Dewantara, Sarmanjah 17 Cibunar, Cibatu, Garut. Akses yang mudah, sekitar 1 jam dari Garut Kota dan dapat menggunakan mobil pribadi. Bagi para pelancong yang doyan naik kereta, jika berhenti di Stasiun Kereta Cibatu, kurang lebih 10 menit waktu yang ditempuh dengan menggunakan ojek disekitar stasiun tersebut dengan biaya Rp. saja. Dengan hanya membayar tiket Rp. untuk dewasa dan Rp. untuk anak-anak, kalian udah bisa menikmati kurang lebih 1000 pusaka bersejarah se-Nusantara dan bangunan-bangunan Jawa serta Pura-Pura yang sangat Instagram-able. BACA JUGA 5 Lokasi Wisata yang Dilarang Untuk Wanita Bagi kalian yang penasaran dengan pusaka-pusaka peninggalan jaman kerajaan hingga peninggalan Wali Songo, tempat ini memang cocok untuk kalian kunjungi. Ada juga sederet wayang golek sunda, peninggalan dalang kondang almarhum H. Asep Sunandar Sunarya ketika pentas beliau yang terakhir di Cibatu. Tombak-tombak prajurit zaman dahulu pun tak ketinggalan menjadi koleksi Graha Liman Kencana. 3. Kampung Dukuh, Kampung Badui Muslim di Garut Selatan Kampung Dukuh, Cikelet, Garut, Jawa Barat menyajikan pengalaman tinggal bersama masyarakat di tengah-tengah konsistensi mempertahankan budaya Sunda Kampung dukuh di Garut Jawa Barat didirikan oleh seorang ulama yang bernama Syekh Abdul Jalil. Landasan budaya tersebut mempengaruhi dalam bangunan fisik serta adat istiadat masarakat Kampung Dukuh. Ia adalah seorang ulama yang diminta oleh Bupati Sumedang untuk menjadi penghulu atau kepala agama di kesultanan Sumedang pada abad ke-17, dimana pada waktu itu Bupati sumedang adalah Rangga Gempol II dan penunjukan Syekh Abdul Jalil tersebut atas dasar saran dari raja Mataram. Perkampungan adat ini berjarak sekitar 1,5 km dari Desa Cijambe atau 120 km arah selatan dari pusat Kota Garut, bisa ditempuh dengan kendaraan pribadi atau kendaraan umum hingga Kecamatan Cikelet, dilanjutkan dengan jasa angkutan ojeg sampai lokasi. Kampung adat ini terletak di antara tiga gunung, yakni Gunung Batu Cupak, Gunung Dukuh, dan Gunung Batu. Luas kampungnya 1,5 Ha, yang terdiri tiga wilayah meliputi Kampung Dukuh Dalam, Dukuh Luar serta kawasan khusus Makam Karomah. Semua rumah yang berada di kampung ini memang terbuat dari kayu dan ada larangan untuk tidak menggunakan kaca, tembok, dan genteng. Di sini, ada satu rumah yang terlihat lebih besar dari rumah lainnya. Rumah itu adalah milik sang juru kunci Kampung Adat Dukuh Dalam. Rumah-rumah di kampung adat ini berjumlah 36 buah dengan satu balai rakyat tempat warga berkumpul untuk mengadakan pertemuan. Di Kampung Adat Dukuh Dalam ini, terdapat satu rumah yang dikhususkan bagi tamu yang mau melakukan penyepenan atau menyepi sambil menjalani ritual di dalam rumah. Tertarik mau kesini? Kesenian dan kebudayaan Sunda yang ada di Garut Jawa Barat masih bisa kita saksikan dan alami jika kita mau berinteraksi secara langsung. Walaupun begitu terdapat acara atau waktu-waktu khusus untuk dapat menyaksikan pagelaran seni dan budaya tersebut. Karena jenis 3 Tempat Wisata Budaya di Garut adalah wisata minat khusus dan untuk mendapatkannya harus menyiapkan agenda dari jauh-jauh hari. Namun, akan sepadan dengan hasilnya. – Travelista Sumber
adat istiadat yang biasa dilakukan di garut