AbuUbaidah radhiallahu ‘anhu menjawab, “Wahai Amirul Mu’minin, inilah yang bisa mengantarkanku ke akhirat.” Pada suatu hari, pada saat Al-Faruq Umar bin al-Khaththab radhiallahu ‘anhu berada di Madinah, seorang informan datang kepadanya untuk mengabarkan bahwa Abu Ubaidah telah meninggal dunia. Bilamasuk sahaja waktu solat Rasulullah pun menyuruh Bilal (r.a) memanjat ke atas Kaabah untuk melaung azan dari atas sana, sedang di masa itu Abu Sufian bin Harab, Utab bin Usaiyed dan al-Harith bin Hisyam duduk di laman Kaabah, maka kata Utab: "Sesungguhnya Allah telah membiarkan Usaiyed untuk tidak mendengar laungan ini, kerana ianya boleh 2 Zubair bin Awwam memimpin pasukan memasuki Mekah bagian atas dari Bukit Kada' dan menegakkan bendera di al-Hajun. 3) Abu Ubaidah bin al-Jarrah memimpin pasukan dari tengah-tengah lembah hingga sampai ke Mekah. Gelar pasukan itu mengakibatkan kafir Quraisy segera menyerah secara damai. Rasulullah saw. bermurah hati kepada penduduk Mekah. Padasaat yang bersamaan Abu Bakar menunjuk dua orang Muhajirin di sampingnya yang dikenal sangat dekat dengan Nabi, yaitu Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah bin Jarrah. Abu Bakar mengusulkan agar memilih satu di antara keduannya untuk menjadi khalifah. Demikian kata Abu Bakar kepada kaum Anshar sembari menunjuk Umar dan Abu Ubaidah. Akibatnya tiga pimpinan pasukan Islam gugur dalam perang tersebut, masing-masing Zaid bin Haritsah, Abdullah bin Rawahah dan Ja’far bin Abi Thalib. Dia menolak karena orang yang dipandangnya cakap Abu Ubaidah bin Jarrah telah meninggal dunia. (Hindun) pada waktu penaklukan kota Makkah.113 Muawiyah adalah salah seorang yang ahli dan Vay Tiền Trả Góp Theo Tháng Chỉ Cần Cmnd Hỗ Trợ Nợ Xấu. Penaklukan Syam berlangsung sekitar 6-7 tahun, dimulai tahun 12 H–medium era khilafah Abu Bakar pasca operasi penumpasan kaum murtad dan kelompok anti zakat, hingga tahun 19 H pada masa Khalifah berlangsung pada masa yang beriringan dengan penaklukan di tanah Irak, namun genderang perang dengan pasukan Romawi sebetulnya telah ditabuh semenjak masa Baginda Rasulullah. Pada tahun 8 H, terjadi perang Mu’tah, perang mahadahsyat yang semakin melambungkan nama Khalid bin al-Walid dalam jajaran jenderal perang kelas wahid sepanjang sejarah Islam. Kemudian Perang Tabuk di tahun 9 H, juga dalam rangka mengkonfrontasi pasukan Romawi yang telah bergerak untuk menghabisi kekuatan Islam, dimana akhirnya mereka lebih memilih melarikan oleh 5 orang panglima pilihan, dengan komando utama di tangan Khalid bin al-Walid lalu Abu Ubaidah bin al-Jarrah, rentetan penaklukan di tanah Syam berhasil membebaskan kawasan bersejarah tersebut dari hegemoni Kekaisaran Romawi Timur atau Bizantium yang telah berkuasa di kawasan tersebut menjelang diutusnya Nabi Isa sekitar tahun 64 SM.***Penaklukan di Syam berhasil membebaskan lebih dari 20 kota maupun desa dari belenggu Kekaisaran Romawi. Dilihat dari model penaklukan yang terjadi, maka kota-kota tersebut dibebaskan dengan 3 macam caraPertama, ditaklukkan dengan cara damai, tanpa upaya militer sama sekali. Tanpa aral dan rintangan, pasukan Islam bersepakat dengan penduduk setempat untuk memberikan perlindungan dan jaminan keamanan, serta jaminan bahwa penduduk kota-kota tersebut tidak akan dijadikan budak. Model pembebasan semacam ini terjadi atas kota– Baalbek sekarang Lebanon. Berperan vital dalam pertahanan Romawi di kawasan Syam. Kaisar Heraclius membangun benteng di kota ini dan menyiapkan pasukan untuk diperbantukan ke kota-kota lain yang membutuhkan di seantero Syam. Dua kali pasukan Islam hendak menuju Baalbek tahun 13 dan 14 H, namun terhalang karena perang demi perang terjadi begitu cepat dan mengalihkan fokus pasukan. Baru pada tahun 15 H seusai perang Yarmuk, Khalid bin al-Walid berhasil menaklukkan Baalbek tanpa pertumpahan darah sama sekali. Sebelum kedatangan pasukan Khalid, Baalbek telah kosong ditinggal pasukannya, yang dikirim oleh Heraclius menuju kota kuno Baisan di Palestina untuk membantu pasukan Romawi menghadapi pasukan Islam.– Hama Suriah. Usai menaklukkan Homs pada tahun 17 H, Abu Ubaidah  bertolak menuju Rastan dan menaklukkan desa tersebut. Sebelumnya, tugas kepemimpinan di Homs telah dipasrahkan kepada shahabat Ubadah bin ash-Shamit . Abu Ubaidah  sampai ke Hama dan membebaskan kota tersebut setelah penduduknya setuju dengan kesepakatan membayar pajak dan kharaj.– Halb Aleppo, Suriah. Ditaklukkan dengan damai oleh Abu Ubaidah bin alJarrah pada tahun 17 H.– Syaizar kini bagian Provinsi Hama, Suriah. Sasaran berikutnya adalah Syaizar. Desa ini ditaklukkan dengan cara yang sama dengan kota Hama.– Ma’arrah sebelah selatan Provinsi Idlib, Suriah, dan– Manbij timur daya Aleppo, Suriah. Keduanya dibebaskan tahun 16 H oleh Abu Ubaidah bin juga Periode Khilafah Umar Mengguncang Tahta Romawi di SyamKedua, ditaklukkan dengan cara damai, namun setelah melewati masa pengepungan yang panjang. Bahkan sebagian juga diwarnai dengan kontak senjata antara pasukan Islam melawan pasukan Romawi. Model pembebasan semacam ini terjadi atas kota-kota besar dengan pengamanan super ketat, seperti– Damaskus. Dikepung sejak 17 Jumadal Akhirah hingga 20 Rajab tahun 13 H. Kelima panglima batalion yang ditunjuk sejak masa khilafah Abu Bakar bersama-sama melakukan pengepungan atas kota ini. Di tengah malam, saat pasukan Romawi di Damaskus sedang kelelahan akibat acara perayaan, Khalid bin al-Walid  bersama pasukan terbaiknya berhasil menyelinap masuk melalui gerbang timur. Sadar pasukan Khalid telah menyerang dan tak mungkin dihentikan, Tomas, jenderal Romawi bergegas menemui Abu Ubaidah yang berada di gerbang al-Jabiyah di bagian barat Damaskus dan membuat kesepakatan damai.– Homs Suriah. Kini menjadi kota terbesar ketiga di Suriah, setelah Damaskus dan Aleppo Halb. Ditaklukkan pada tahun 16 H oleh pasukan Khalid bin al-Walid  dengan jaminan keamanan senilai dinar.– Raqqah utara Suriah. Setelah meninggalnya Abu Ubaidah bin alJarrah  akibat wabah tha’un pes yang bermula dari kota Imwas di dekat Jerussalem pada awal tahun 18 H, maka kepemimpinan di daerah utara Syam diserahkan kepada Iyadh binGhanam al-Fihri, yang bertanggung jawab atas kota Aleppo, Qinnisrin, dan Jazirah Furatiyah. Sekitar Syaban tahun 18 H, Iyadh mengepung kota Raqqah hingga berhasil merebutnya dengan jalan damai. Gerakan Iyadh berhasil menjangkau kota-kota lain seperti Sanliurfa, Harran, dan Sumaisath Samosata. Ketiganya terletak di Anatolia Asia Kecil dan kini bagian dari Turki.– Baitul Maqdis Jerussalem, Palestina. Dikepung oleh gabungan dua pasukan yang dipimpin Abu Ubaidah bin al-Jarrah dan Amr bin al-Ash. Pengepungan berlangsung selama 6 bulan, dimulai bulan Syawal tahun 15 H. setelah enam bulan, Patriark Sophronius yang mengepalai keuskupan di Jerussalem memilih untuk menyerahkan kota al-Quds, namun dengan syarat Khalifah Umar sendiri yang datang untuk acara Ketiga, ditaklukkan dengan cara perang dan operasi militer. Model pembebasan semacam ini terjadi atas kota-kota seperti– Gaza Palestina. Ditaklukkan pada tahun 14 H oleh pasukan Amr bin al-Ash as-Sahmi, seusai perang di Ajanadain.– Qirqisia Circesium, kota kuno di perbatasan Suriah-Irak, dekat kota Dier az-Zor. Ditaklukkan pada bulan Ramadan 17 H oleh pasukan dari Irak yang dikirim oleh Sa’ad bin Abi Waqqash, komandan utama pasukan Irak.– Ra’sul Ain Provinsi Idlib, Suriah. Ditaklukkan oleh Umair bin Sa’ad alQari’ bin Ubaid al-Anshari yang diutus oleh Iyadh bin Ghanam pada tahun 19 H. Yasir/sidogiriPriode Khilafah Umar Pembebasan Negeri-Negeri Syam0% Priode Khilafah Umar Pembebasan Negeri-Negeri Syam Priode Khilafah Umar Pembebasan Negeri-Negeri SyamPriode Khilafah Umar Pembebasan Negeri-Negeri Syam 0% !! Jawab Dengan Tepat Nggak Pakai Ketik Soal Cuman Jawaban & Angka Saja !! INI 14. Abu Ubaidah bin jarrah gugur pada waktu pembebasan kota...a. Syiriab. Persiac. Syamd. YerusalemTolongBantuinSaya​ Jawaban14. C. Syam15. C. al-Faruq16. D. 517. B. karena mendengar bacaan al quran Surah jawaban Kelas VIIjenjang SMPmata Pelajaran AgamaBab 9materi Sejarah Nabi Muhammadlearningislamichistorywithhanifah✔kejarsuksesmutingkatkanprestasimuBIASALAH Bila kita singgah di negara Suriah, tentu kita akan mengunjungi ibu kota Damaskus yang terkenal dengan tempat-tempat bersejarah yang sangat banyak. Kota Damaskus adalah salah satu kota tertua di dunia yang masih dihuni hingga sekarang. Nama kota Damaskus sendiri diambilnya dari bahasa Suriah kuno yang bermakna “kota yang dialiri air.” Dahulu, Kota Damaskus adalah salah satu kota terpenting bagi Imperium Romawi. Penaklukan Kota Damaskus adalah salah satu hal yang sangat sulit. Kota ini dikelilingi oleh tembok yang panjangnya sekitar 1600 meter serta parit yang dipenuhi dengan air. Kota ini adalah kota yang dijanjikan Rasulullah sebagai tempat pengungsian umat Islam di akhir zaman setelah terjadinya perang sangat besar. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah قال رسول الله فسطاط المسلمين يوم الملحمة إلى جانب مدينة يقال لها دمشق من خير مدائن الشام Artinya, “Rasulullah bersabda, Kemah umat Islam di hari peperangan yang besar adalah di sekitar kota yang disebut dengan Damaskus, salah satu kota terbaik di kawasan Syam,’” HR Thabrani. Kisah ini berawal dari strategi khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq dalam menghadapi perlawanan imperium Romawi. Sudah maklum diketahui bahwa Imperium Romawi memiliki jumlah prajurit yang sangat banyak. Oleh karena itu, khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq memecah konsentrasi Imperium Romawi dengan menyerang beberapa kawasan penting dalam waktu berdekatan. Hal ini membuat Heraklius, Raja Imperium Romawi kebingungan dalam menyusun strategi. Kemenangan demi kemenangan diraih oleh umat Islam. Sayangnya, khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq wafat sebelum terjadinya pembebasan kota Damaskus. Kemudian, ia digantikan oleh Umar bin Khattab sebagai khalifah. Para prajurit umat Islam menjadikan kota Damaskus sebagai titik berkumpul setelah kemenangan di berbagai daerah. Mereka mengepung kota Damaskus dari beberapa pintu masuk kota Damaskus. Pasukan Abu Ubaidah bin Jarrah mengepung dari gerbang al-Jabiyah. Pasukan Khalid bin Walid mengepung dari gerbang timur. Pasukan Amr bin Ash mengepung dari gerbang Tuma. Pasukan Yazid bin Abu Sufyan mengepung dari gerbang al-Shaghir. Dan pasukan Syurahbil bin Hasanah mengepung dari gerbang al-Faradis. Selain itu, Abu Darda’ dan pasukannya juga berjaga di daerah Barzeh, wilayah utara kota Damaskus untuk menahan bala bantuan yang datang dari imperium Romawi. Ketika itu, Nisthas bin Nasthuras sebagai penguasa Kota Damaskus telah meminta bantuan tambahan kepada Raja Heraklius di Kota Homs, negara Suriah. Sayangnya, bantuan tak kunjung datang karena Imperium Romawi sedang mengalami kerugian yang besar setelah digempur umat Islam di berbagai daerah kekuasaannya. Khalid bin Walid mengetahui bahwa orang-orang Nasrani telah bertahun-tahun ditindas oleh Imperium Romawi. Maka, ia pun menuliskan sebuah perjanjian untuk memancing simpati umat nasrani kota Damaskus. Perjanjian itu berbunyi “Bismillahir rahmanir rahim, ini adalah janji yang diberikan Khalid bin Walid kepada penduduk kota Damaskus ketika ia berhasil menaklukannya, ia akan memberikan keamanan bagi jiwa, harta, dan gereja penduduk kota Damaskus. Tembok kota tidak akan dihancurkan dan ini adalah janji orang-orang beriman yang tidak akan datang kecuali dengan kebaikan apabila mereka penduduk kota Damaskus membayar pajak.” Pasukan umat Islam terus bersabar menunggu waktu yang tepat untuk menyerbu kota Damaskus. Hingga suatu malam, Nisthas bin Nasthuras mengumpulkan penduduk Kota Damaskus untuk merayakan kelahiran salah satu anaknya. Perayaan pun diadakan dengan meriah, minuman keras berserakan di mana-mana serta pertahanan benteng melemah. Kabar ini disampaikan oleh salah satu pendeta Nasrani kepada Khalid bin Walid yang menginap di gereja di luar tembok Kota Damaskus. Khalid bin Walid pun menyelinap masuk dengan memanjat tembok Kota Damaskus. Dengan cekatan ia dan beberapa pasukannya membuka pintu gerbang timur agar pasukan umat Islam dapat masuk. Hal yang sama juga dilakukan oleh Abu Ubaidah bin Jarrah dan kelompok pasukan yang lain di berbagai gerbang Kota Damaskus. Pasukan umat Islam pun masuk ke dalam Kota Damaskus setelah mendengarkan pekikan takbir dari pasukan pembuka gerbang. Terkaget-kagetlah penduduk Kota Damaskus yang sedang terlena dengan minuman keras mereka. Hingga mereka tidak mampu menghadapi pasukan umat Islam dengan pedang-pedang mereka. Akhirnya, penduduk Kota Damaskus memilih untuk berakad damai dengan pasukan umat Islam sehingga tidak terjadi peperangan di Kota Damaskus. Kemudian, umat islam meminta bagian barat gereja Yohanes Sang Pembaptis sebagai masjid bagi umat Islam sedangkan bagian yang lain tetap digunakan sebagai gereja tempat umat Nasrani beribadah. Nantinya masjid ini kita kenal dengan masjid Umawi, salah satu masjid terbesar di negara Suriah. Adapun gereja tempat Khalid bin Walid menginap sebelum pembebasan Kota Damaskus kelak dikenal dengan nama gereja Khalid bin Walid. Hal ini adalah bukti bahwa Khalid bin Walid dicintai oleh umat Nasrani Kota Damaskus yang telah ia bebaskan dari penindasan Imperium Romawi. Selebihnya, ada empat belas gereja yang tetap dilestarikan oleh umat Islam. Pembebasan kota Damaskus ini terjadi pada tanggal 15 bulan Rajab tahun 15 Hijriah yang bertepatan dengan 3 September 635 Masehi. Pengepungan terhadap kota Damaskus membutuhkan waktu sekitar 40 hari Al-Baladzuri Ahmad bin Yahya, Futuhul Buldan [Beirut Dar al-Hilal, 1988] Kota Damaskus adalah kota yang dikabarkan oleh Rasulullah sebagai kawasan yang di dekatnya nanti akan turun nabi Isa di akhir zaman. وسئل نفع الله به أي محل ينزل به عيسى عليه السلام؟ فأجاب بقوله الأشهر الأصح في مسلم أنه ينزل عند المنارة البيضاء شرقي دمشق Artinya, “Ditanyakan kepadanya Ibnu Hajar al-Haitami Di manakah tempat turunnya Nabi Isa alaihis salam?’ Beliau menjawab Pendapat yang paling masyhur dan sahih sebagaimana yang tercantum di Kitab Shahih Muslim, Nabi Isa akan turun di menara putih di timur Kota Damaskus,” Al-Haitami Ibnu Hajar, al-Fatawa al-Haditsiyyah [Beirut Darul Fikr, 2005] halaman 132. Pelajaran Penting 1. Peperangan yang dilakukan oleh para sahabat Nabi semata-mata hanya bertujuan dakwah bukan menebarkan kebencian. Hal ini dibuktikan dengan pembebasan kota Damaskus yang juga didukung oleh umat Nasrani Kota Damaskus. 2. Hidup rukun bersama pemeluk agama non islam adalah ajaran yang dibawa oleh Rasulullah saw. Hal ini terbukti dengan pembebasan Kota Damaskus yang berakhir damai tanpa peperangan. 3. Pembangunan masjid yang berdekatan dengan rumah ibadah pemeluk agama lain adalah hal yang lumrah terjadi bahkan sejak zaman para sahabat Nabi. Hal ini sebagaimana masjid Umawi yang dibangun berdempetan dengan gereja Yohanes di Kota Damaskus. 4. Menepati janji adalah salah satu akhlak orang beriman. Hal ini sebagaimana janji Khalid bin Walid kepada umat Nasrani Kota Damaskus yang ia tepati dengan sungguh-sungguh. Ustadz Muhammad Tholchah al-Fayyadl, Mahasiswa Universitas Al-Azhar. His appearance was striking. He was slim and tall. His face was bright and he had a sparse beard. It was pleasing to look at him and refreshing to meet him. He was extremely courteous and humble and quite shy. Yet in a tough situation he would become strikingly serious and alert, resembling the flashing blade of a sword in his severity and sharpness. He was described as the Amin or Custodian of Muhammad's community. His full name was Aamir ibn Abdullah ibn al-Jarrah. He was known as Abu Ubaydah. Of him Abdullah ibn Umar, one of the companions of the Prophet, said "Three persons in the tribe of Quraysh were most prominent, had the best character and were the most modest. If they spoke to you, they would not deceive you and if you spoke to them, they would not accuse you of Lying Abu Bakr as-Siddiq, Uthman ibn Affan and Abu Ubaydah ibn al-Jarrah." Abu Ubaydah was one of the first persons to accept Islam. He became a Muslim one day after Abu Bakr. In fact, it was through Abu Bakr that he became a Muslim. Abu Bakr took him, Abdur Rahman ibn Aut, Uthman ibn Mazun and al-Arqam ibn Abu al Arqam to the Prophet, upon whom be peace, and together they declared their acceptance of the Truth. They were thus the first pillars on which the great edifice of Islam was built. Abu Ubaydah lived through the harsh experience, which the Muslims went through in Makkah, from beginning to end. With the early Muslims, he endured the insults and the violence, the pain and the sorrow of that experience. In every trial and test he remained firm and constant in his belief in God and His prophet. One of the most harrowing experiences he had to go through however, was at the battle of Badr. Abu Ubaydah was in the vanguard of the Muslim forces, fighting with might and main and as someone who was not at all afraid of death. The Quraysh cavalry were extremely wary of him and avoided coming face to face with him. One man in particular, however, kept on pursuing Abu Ubaydah wherever he turned and Abu Ubaydah tried his best to keep out of his way and avoid an encounter with him. The man plunged into the attack. Abu Ubaydah tried desperately to avoid him. Eventually the man succeeded in blocking Abu Ubaydah's path and stood as a barrier between him and the Quraysh. I hey were now face to face with each other. Abu Ubaydah could not contain himself any longer. He struck one blow to the man's head. The man fell to the ground and died instantly. Do not try to guess who this man was It was, as stated earlier, one of the most harrowing experiences that Abu Ubaydah had to go through, how harrowing, it is almost impossible to imagine. The man in Fact was Abdullah ibn al-Jarrah, the father of Abu Ubaydah! Abu Ubaydah obviously did not want to kill his father but in the actual battle between faith in God and polytheism, the choice open to him was profoundly disturbing but clear. In a way it could be said that he did not kill his father-he only killed the polytheism in the person of his father. It is concerning this event that God revealed the following verses of the Quran "You will not find a people believing in God and the Last Day making friends with those who oppose God and His messenger even if these were their fathers, their sons, their brothers or their clan. God has placed faith in their hearts and strengthened them with a spirit from Him. He will cause them to enter gardens beneath which streams flow that they may dwell therein. God is well pleased with them and they well pleased with Him. They are the party of God. Is not the party of God the successful ones?" Surah al-Mujactilah 5822 The response of Abu Ubaydah at Badr when confronted by his father was not unexpected. He had attained a strength of faith in God, devotion to His religion and a level of concern for the ummah of Muhammad to which many aspired. It is related by Muhammad ibn Jafar, a Companion of the Prophet, that a Christian delegation came to the Prophet and said, 'O Abu-l Qasim, send one of your companions with us, one in whom you are well pleased, to judge between us on some questions of property about which we disagree among ourselves. We have a high regard for you Muslim people." "Come back to me this evening," replied the Prophet, "and I will send with you one who is strong and trustworthy." Umar ibn al-Khattab heard the Prophet saying this and later said "I went to the Zuhr midday Prayer early hoping to be the one who would fit the description of the Prophet. When the Prophet had finished the Prayer, he began looking to his right and his left and I raised myself so that he could see me. But he continued looking among us until he spotted Abu Ubaydah ibn al-Jarrah. He called him and said, 'Go with them and judge among them with truth about that which they are in disagreement." And so Abu Ubaydah got the appointment." Abu Ubaydah was not only trustworthy. He displayed a great deal of strength in the discharge of his trust. This strength was shown on several occasions. One day the Prophet dispatched a group of his Sahabah to meet a Quraysh caravan. He appointed Abu Ubaydah as amir leader of the group and gave them a bag of dates and nothing else as provisions. Abu Ubaydah gave to each man under his command only one date every day. He would suck this date just as a child would suck at the breast of its mother. He would then drink some water and this would suffice him for the whole day. On the day of Uhud when the Muslims were being routed, one of the mushrikeen started to shout, "Show me Muhammad, show me Muhammad." Abu Ubaydah was one of a group of ten Muslims who had encircled the Prophet to protect him against the spears of the Mushrikeen. When the battle was over, it was found that one of the Prophet's molar teeth was broken, his forehead was bashed in and two discs from his shield had penetrated into his cheeks. Abu Bakr went forward with the intention of extracting these discs but Abu Ubaydah said, "Please leave that to me." Abu Ubaydah was afraid that he would cause the Prophet pain if he took out the discs with his hand. He bit hard into one of the discs. It was extracted but one of his incisor teeth fell to the ground in the process. With his other incisor, he extracted the other disc but lost that tooth also. Abu Bakr remarked, "Abu Ubaydah is the best of men at breaking incisor teeth!" Abu Ubaydah continued to be fully involved in all the momentous events during the Prophet's lifetime. After the beloved Prophet had passed away, the companions gathered to choose a successor at the Saqifah or meeting place of Banu Saaadah. The day is known in history as the Day of Saqifah. On this day, Umar ibn al-Khattab said to Abu Ubaydah, "Stretch forth your hand and I will swear allegiance to you for I heard the Prophet, peace be upon him say, 'Every ummah has an amin custodian and you are the amin of this ummah.' " "I would not," declared Abu Ubaydah, "put myself forward in the presence of a man whom the Prophet, upon whom be peace, commanded to lead us in Prayer and who led us right until the Prophet's death." He then gave bayah the oath of allegiance to Abu Bakr as-Siddiq. He continued to be a close adviser to Abu Bakr and his strong supporter in the cause of truth and goodness. Then came the caliphate of Umar and Abu Ubaydah also gave him his support and obedience. He did not disobey him in any matter, except one. The incident happened when Abu Ubaydah was in Syria leading the Muslim forces from one victory to another until the whole of Syria was under Muslim control. The River Euphrates lay to his right and Asia Minor to his left. It was then that a plague hit the land of Syria, the like of which people had never experienced before. It devastated the population. Umar dispatched a messenger to Abu Ubaydah with a letter saying "I am in urgent need of you. If my letter reaches you at night I strongly urge you to leave before dawn. If this letter reaches you during the day, I strongly urge you to leave before evening and hasten to me. When Abu Ubaydah received Umar's letter, he said, "I know why the Amir al-Mumineen needs me. He wants to secure the survival of someone who, however, is not eternal." So he wrote to Umar "I know that you need me. But I am in an army of Muslims and I have no desire to save myself from what is afflicting them. I do not want to separate from them until God wills. So, when this letter reaches you, release me from your command and permit me to stay on.'' When Umar read this letter tears filled his eyes and those who were with him asked, "Has Abu Ubaydah died, O Amir al-Mumineen?" "No," said he, "But death is near to him." Umar's intuition was not wrong. Before long, Abu Ubaydah became afflicted with the plague. As death hung over him, he spoke to his army "Let me give you some advice which will cause you to be on the path of goodness always. "Establish Prayer. Fast the month of Ramadan. Give Sadaqah. Perform the Hajj and Umrah. Remain united and support one another. Be sincere to your commanders and do not conceal anything from them. Don't let the world destroy you for even if man were to live a thousand years he would still end up with this state that you see me in. Peace be upon you and the mercy of God." Abu Ubaydah then turned to Muadh ibn Jabal and said, "O Muadh, perform the prayer with the people be their leader." At this, his pure soul departed. Muadh got up and said "O people, you are stricken by the death of a man. By God, I don't know whether I have seen a man who had a more righteous heart, who was further from all evil and who was more sincere to people than he. Ask God to shower His mercy on him and God will be merciful to you. " Jakarta - Abu Ubaidah bin Jarrah adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang dijamin masuk surga. Beliau bernama lengkap Amir bin Abdullah bin Jarrah al-Quraisyi al-Fihri bernama Abdullah bin Jarrah. Ia berasal dari golongan kaum Quraisy tepatnya suku Al-Harith bin Fihr yang lahir ada tahun 582 M di Kota Ubaidah memeluk Islam atas ajakan dari Abu Bakar Ash-Shiddiq. Salah seorang sahabat Rasul dan periwayat hadits terkenal, Abdullah bin Umar, pernah bercerita tentang keutamaan sifat dari Abu Ubaidah"Ada tiga orang Quraisy yang sangat bersih wajahnya, tinggi akhlaknya, dan sangat pemalu. Bila berbicara mereka tidak pernah dusta. Dan, apabila orang berbicara, mereka tidak cepat-cepat mendustakan. Mereka itu ialah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Utsman bin Affan, dan Abu Ubaidah bin Jarrah."Semasa hidupnya, Abu Ubaidah menjadi orang kepercayaan Rasulullah SAW dan para sahabat. Sifat kejujurannya pun membawa kepercayaan Abu Bakar untuk menunjuk Abu Ubaidah sebagai penjaga informasi, Baitulmal merupakan kumpulan harta dari umat Islam yang disimpan dalam sebuah lembaga Ubaidah juga kerap kali diminta Rasulullah untuk memimpin pasukan muslim. Bahkan ia pernah dilantik oleh Rasulullah SAW untuk memimpin pasukan perang sebanyak 300 orang ke tepi Laut dari buku Abu Ubaidah Penakluk Parsi karya Abdul Latip Talib, dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW pernah membicarakan kelebihan Abu Ubaidah sebagai seseorang yang amanah. Hadist tersebut berbunyi"Setiap umat ada penjaga amanahnya dan penjaga amanah bagi umatku adalah Abu Ubaidah bin Jarrah. "Diriwayatkan dari Malik Ya'qub bin Sufyan Al-Fawasi dan Nasa'i dari Abdullah bin Mas'ud, ia berkata"Mereka berkata, 'Utuslah bersama kami seorang laki-laki terpercaya, sangat terpercaya.'Para sahabat yang mendengar hal itu berharap mendapat kehormatan untuk disebut namaya, lalu Rasulullah SAW berkata'Bangunlah hai Abu Ubaidah bin Jarrah!'Abu Ubaidah pun bangun dan mendengar Rasulullah berkata"Ini adalah kepercayaan umat ini."Sebagai seorang yang dipercaya dan mampu menjaga amanah, Abu Ubaidah pernah diuji oleh Allah SWT dalam Perang Badar. Dikisahkan dari buku The Great Sahaba, saat itu Abu Ubaidah berda dalam barisan terdepan untuk membela pun berani menyusup di antara barisan para musuh dan berhasil mengalahkan mereka. Hingga suatu ketika, Allah membuatnya harus berhadapan dengan ayah kandungnya, Abdullah bin Jarrah, yang saat itu masih dalam keadaan kafir dan menolak untuk memeluk Abu Ubaidah sudah berusaha sebisa mungkin untuk menghindari ayahnya. Namun, sang ayah terus mengejarnya meskipun berkali-kali ia lari dari hadapan pertarungan pun tidak terelakkan dan Abu Ubaidah pun memenangkan pertarungan dengan ayahnya tersebut. Ia pun merasa sedih saat itu, namun rasa sedihnya lebih disebabkan oleh keadaan kafir sang ayah di akhir di atas tersebut membuatnya menjadi orang kepercayaan dan orang yang dicintai Rasulullah. Kecintaan Rasulullah SAW pada Abu Ubaidah pun termaktub dalam kisah yang diriwayatkan dari seorang panglima perang, Amr bin al-Ash, ia berkata"Rasulullah SAW pernah ditanya, 'Siapakah orang yang lebih engkau cintai?' dijawab dengan Rasulullah, 'Aisyah.'Kemudian ditanyakan lagi siapa yang dicintai Rasulullah dari golongan laki-laki hingga dijawab, 'Abu Bakar.'Lalu, ditanyakan lagi, 'Kemudian siapa?' Beliau pun menjawab,'Abu Ubaidah bin al-Jarrah.'"Tidak mudah memang menjaga amanah dan kepercayaan seseorang, namun Abu Ubaidah bin Jarrah membuktikannya. Semoga detikers yang membaca ini bisa menjadi salah satu orang yang dipercaya juga, ya! Simak Video "Jaga Kearifan Lokal, Masjid Al-Hikmah Dibangun dengan Nuansa Khas Bali" [GambasVideo 20detik] nwy/nwy

abu ubaidah bin jarrah gugur pada waktu pembebasan kota